Aku, Indonesia dan Anak SLB



Beberapa hari yang lalu, saat membuka laptop serta membuka Facebook ada satu undangan untuk mengikuti salah satu kontes, setelah kubuka ternyata undangan tersebut bersal dari sohibul Blogcamp, yaitu Pakde Cholik. Undangan tersebut tak lain adalah untuk ikut berpartisipasi memeriahkan Kontes Unggulan dengan sebuah tema yang menantang yaitu tentang “Aku dan Indonesia”. Sebagai jawaban dari undangan tersebut, maka inilah tulisan sederhana yang bisa saya coba rangkai untuk mengikuti pagelaran tersebut.

Berbicara tentang Indonesia dengan segala sesuatunya yang berkaitan dengannya tentu tidak akan pernah bisa diselesaikan dan dilakukan satu hari. Karena Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali keistimewaan, kelebihan, disamping juga tak sedikit memiliki berbagai kekurangan. Terlepas dari semua itu, yang jelas menjadi bagian dari bangsa yang sangat besar ini, tentu merupakan sesuatu yang sangat membanggakan. 
  
Bangga menjadi bagian dari Indonesia tentu merupakan sebuah kewajiban, bukan hanya karena saya merupakan warga Indonesia melainkan karena cinta dan bangga kepada bangsa dan Negara sendiri merupakan sebagian dari iman, itulah bunyi salah satu hadist Nabi “hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman). Sehingga, berdasar hal itulah maka mencintai Indonesia harus (wajib) dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia tak terkecuali dengan saya.

Lalu, bagaimana caranya kita bisa mengekspresikan rasa cinta dan rasa bangga kita terhadap negeri tercinta ini? Tentu saja jawabannya akan beraneka ragam, karena setiap orang bisa mengekspresikan rasa cinta dan bangganya terhadap Indonesia dengan berbagai cara, bahkan salah satunya adalah dengan meneriakkan kata “aku cinta Indonesia” sekalipun. Itulah salah satu bentuk ekspresi paling sederhana yang bisa dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia.

Bentuk kecintaan terhadap Indonesia, tidak hanya bisa dilakukan dengan cara mengatakannya dalam kalimat verbal “aku cinta Indonesia”, lebih dari itu sikap serta perilaku yang menunjukkan kecintaan terhadap negeri tercinta akan jauh lebih utama dilakukan. Perilaku tersebut syaratnya adalah sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa ini, khusunya bermanfaat bagi segenap masyarakat Indonesia. Dalam hal inilah, memegang prinsip sebagaimana sebuah hadits nabi yang menyatakan bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya” harus senantiasa dilakukan.

Menjadi Pendidik, Sebuah Pilihan

Banyak sekali jenis kegiatan atau perilaku yang bisa kita lakukan sebagai wujud kecintaan kita kepada bangsa ini, tentunya hal tersebut harus disesuaikan dengan kadar kemampuan, kelebihan serta bidang yang kita tekuni. Bagi masyarakat Indonesia yang memilih profesi sebagai pedagang bisa mengekspresikan kecintaan terhadap Indonesia dengan cara melakukan perniagaan (perdagangan) sesuai dengan aturan yang ada di negeri ini, serta dengan tujuan bersama-sama untuk membangun perekonomian bangsa. Dan banyak sekali jenis kegiatan yang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menunjukkan kecintaan terhadap Indonesia, baik menjadi atlet olah raga, pejabat Negara, penegak hukum, dan lain sebagainya. 

Bagi saya pribadi, sebagai wujud kecintaan terhadap Indonesia maka jalan yang saya pilih adalah menjadi pendidik atau lebih tepatnya adalah guru. Profesi sebagai guru sekolah mungkin sudah umum dalam pandangan masyarakat, akan tetapi menjadi guru di salah satu lembaga pendidikan yang khusus menangani anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus masih jarang yang berminat. Saya harus jujur, bahwa profesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) seringkali dihindari para calon pendidik, bahkan tak jarang lulusan perguruan tinggi yang memiliki ijazah sebagai pendidik lebih memilih profesi lain jika ditawari untuk menjadi guru bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Banyak sekali kesan negatif yang dialamatkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, bahkan tak jarang pula masyarakat yang menyebut dan memahami bahwa anak-anak yang sekolah di SLB tak jauh beda dengan anak-anak yang terkena gangguan jiwa alias gila. Sehingga ada kesan yang berkembang di masyarakat bahwa guru yang mengajar di SLB adalah guru-guru yang mendidik anak-anak yang tidak normal. 

Pandangan tersebut memang tidak sepenuhnya keliru, karena memang sebagian anak-anak SLB merupakan anak-anak yang berbeda dnegan anak-anak normal pada umumnya yang sekolah di lembaga pendidikan formal seperti SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA. Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang keadaan jasmani dan/atau rohani berbeda dengan anak lain, karena perbedaan itulah sehingga mereka memerlukan penanganan khusus.

Pada awalnya menjadi guru di sebuah SLB di Kabupaten Semarang tepatnya di kota Ungaran Jawa Tengah mulai tahun 2008 yanhg lalu memang sempat membuatku stress. Bukan hanya karena anak-anak yang menjadi siswaku berbeda dengan siswa sekolah formal pada umumnya, tetapi juga stress bagaimana metode yang aku gunakan untuk mengajar mereka. Maklum saja, disamping tidak pernah mendapatkan ilmu tentang mengajar anak-anak SLB ketika masih kuliah, juga anak-anak SLB juga berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan jurusannya. 

Ada jurusan A khusus anak tuna netra (buta), jurusan B khusus bagi anak tunarungu/wicara (bisu), jurusan C dan C1 bagi anak tunagrahita (cacat mental ringan dan sedang), jurusan D khusus bagi anak tuna daksa (cacat fisik), jurusan E khusus anak tuna laras (anti sosial/anak nakal), ada juga anak autis. Berbagai jurusan dan ketunaan tersebut jelas memerlukan penangan yang khusus dan berbeda-beda. Sehingga sangat wajar jika selama dua minggu pertama mengajar di SLB saya benar-benar sulit beradaptasi, bahkan sempat punya pikiran untuk mengundurkan diri sebagi guru SLB karena tidak sanggup melakukan tugas dengan baik.
 
Siswaku jurusan B (tunarungu) dan teman guru saat ikut Pelatihan Membatik tingat Provinsi Jawa Tengah di Semarang
Tapi atas saran dan nasehat dari guru-guru senior, maka keinginan untuk keluar saya urungkan. Ada satu nasehat dari guru senior yang akhirnya membuatku bertahan menjadi guru SLB, nasehat tersebut adalah “jangan jadikan profesi guru SLB sebagai beban, tapi jadikanlah kegiatan mengajar anak-anak berkebutuhan khusus sebagai ibadah dan hiburan”. Sebagai ibadah, karena pada prinsipnya mendidik merupakan sebuah ibadah apabila benar-benar diniati dengan ikhlas apalagi mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai hiburan, karena mendidik anak-anak SLB setiap hari guru bisa tertawa dengan berbagai polah dan tingkah laku yang kadang membuat setiap orang bisa dibuat tersenyum. Oleh sebab itulah kunci menjadi guru di SLB adalah harus senantiasa ikhlas dan senang. 

Pengabdian untuk Indonesia

Oleh sebab itulah, meskipun pada awalnya saya sendiri, teman, bahkan keluarga pesimis tentang pilihanku mengajar di SLB, akan tetapi hal itu lambat laun terkikis dengan adanya semangat dari dalam diri saya untuk bisa berpartisipasi mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Karena bagaimanapun juga anak-anak SLB juga memiliki hak yang sama sebagaimana anak-anak normal pada umumnya untuk mendapatkan pendidikan terbaik.

Selain itu, mendidik di SLB bagi saya pribadi merupakan salah satu bentuk pengabdian dan rasa cinta saya kepada bangsa ini. Karena bagi saya, anak-anak SLB merupakan generasi yang juga memiliki keistimewaan dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki. Oleh sebab itulah, keikhlasan dalam mendidik mereka merupakan satu-satunya cara agar mereka dapat mendapatkan pendidikan yang layak dan terbaik.

Selain sebagai bentuk pengabdian, mendidik dan mengajar anak-anak SLB merupakan salah satu sarana saya dalam beribadah. Jika ibadah mahdoh, yang setiap hari saya lakukan masih banyak memiliki kekurangan, dan belum tentu diterima oleh sang maha Pencipta, semoga dengan mengajar anak-anak SLB merupakan  bentuk ibadah yang nantinya akan diterima oleh Allah SWT.

Rasa cinta kepada Indonesia bisa dilakukan oleh setiap warga Negara dengan berbagai cara, dan inilah caraku mencintai Indonesia yaitu menjadi seorang pendidik (guru). Guru yang mendidik anak-anak luar biasa yang memiliki kebutuhan khusus. Semoga apa yang saya lakukan bisa member manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan!





2 komentar

Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
Dicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya

Reply

matursuwun pakde...

Reply

Post a Comment