Giveaway Senangnya Hatiku: Mendengar Tangisannya

Orang tua mana sih yang gak seneng jika diberikan sebuah anugrah terindah dalam kehidupan rumah tangganya, bukan kekayaan ataupun uang yang melimpah, bukan pula jabatan ataupun kekauasaan..namun semua itu tidak ada nilainya jika dibanding dengan anugerah berupa seorang keturunan (anak). Setiap orang tua tentu saja akan merasa bahagia jika dikarunia seorang anak yang sehat, tak terkecuali aku meskipun harus menunggu selama enam bulan setelah pernikahan, akhirnya amanah yang terindah telah diberikan oleh Allah kepada kami.
Setelah menikah pada bulan 27 Mei 2011, aku dan istri harus menunggu kurang lebih selama 6 bulan untuk menanti kabar bahagia kehamilan istri. Dan pada bulan Desember lah istri positif hamil. Setelah menunggu hari, minggu bulan, prediksi dari dokter menyatakan bahwa  hari Perkiraan Lahir (HPL) adalah bulan September 2012 sekitar tanggal 4. Lain lagi dengan perkiraan dukun bayi yang memperkirakan bahwa kelahiran si jabang bayi adalah sekitar hari raya Idul fitri 1433 H atau sekitar tanggal 19 Agustus 2012. 

Tidak mau terlalu memikirkan hal itu, aku terutama istri berusaha sebaik mungkin menjaga kesehatan si jabang bayi dengan makan yang sehat, istirahat cukup, kontrol setiap bulan ke dokter kandungan serta takj ketinggalan pula berdoa dengan senantiasa membaca al Qur'an terutama membaca surat Maryam dan Yusuf setiap malam selama kehamilan istri. Dengan harapan jika lahir perempuan bisa mewarisi sifat terpuji dan kesalehan Siti Maryam, apabila lahir laki-laki bisa seperti nabi Yusuf yang ganteng dan berakhlak mulia. 

Meskipun tidak terlalu memikirkan jenis kelamin bayi kami, aku dan istri serta keluarga besar kami berharap bayi yang sedang dikandung istri berjenis kelamin laki-laki. Namun, setiap bulan periksa dokter dan USG hasilnya selalu nihil, alat pendekteksi tidak bisa terlihat apakah laki-laki ataupun perempuan. Mungkin si jabang bayi memang ingin memberikan kejutan kepada orang tuanya. Dan mungkin inilah sebagian dari kekuasaan Allah, yang memang menjadikan kelahiran sebagai salah satu mesteri.

Waktu pun berjalan, kehamilan itri harus di uji dengan beberapa kali harus Opname di Rumah Sakit Permata Semarang karena batuk yang tak kunjung sembuh, serta sebulan kemudian harus Opname juga di rumah Sakit Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Namun alhamdulilah meskipun istri harus dua kali dirawat dan hampir setiap hari minum obat kondisi janin sehat. Setelah harap-harap cemas selama kurang lebih 9 bulan, memasuki hari raya Idul Fitri istri mulai merasakan gejala-gejala mau melahirkan. Setelah pijat di dukun bayi, sang dukung bilang mungkin akan lahir pada waktu Idul fitri atau tiga hari setelahnya.
mengantar Istri periksa sebelum melahirkan 28 Agustus 2012

Karena dapat warning seperti itu, akupun menjadi suami siaga, siap antar jaga. Namun tenyata sampai hari dimana aku harus masuk kerja lagi pada tanggal 27 Agustus ternyata istri juga belum menunjukkan akan melahirkan. Karena takut terjadi apa-apa akhirnya kuputuskan untuk Ijin tidak masuk kerja kepada pimpinanku di Semarang. Pada tanggal 28 Agustus istri minta periksa di Rumah Bersalin Pekajangan Pekalongan, saat itu dokter  bilang agar langsung mondok aja, karena kemungkinan akan segera waktu melahirkan dalam beberapa hari bahkwan dokter bilang jika ingin cepat ia bisa memberi obat untuk cepat melahirkan, namun istri menolak dan ingin melahirkan secara normal sesua waktunya.
 
Akhirnya kami pulang, ditengah perjalanan istri merasa kesakitan, dan kutawarkan untuk kembali ke dokter tapi ia menolak dan memilih pulang kerumah. Sampai dirumah ternyata rasa sakitnya berangsur membaik, dan kesokan harinya tanggal 29 Agustus 2012 sekitar pukul 16.00 WIB bakda asyar aku harus kembali ke Semarang karena ada acara rapat panitia sykuran aqiqah putranya pengurus takmir masjid yang aku tempati dulu. Sebelum berangkat aku ditanya istri, apakah kalau malam ini dia mau melahirkan aku bersedia pulang lagi ke Pekalongan, aku jawab, iya sudah pasti aku pulang.

Meskipun berat hati, akhirnya aku pergiu ke Semarang dan sampai Semarang bakda Magrib. sesuai agenda bakda Isya aku ikut rapat, namun di tengah-tengah rapat aku dapat telpon dari istri bahwa ia mengalami pendarahan, dan kalau bisa aku diminta pulang karena istri mau di bawa keluarga ke Rumah Bersalin di Aisyiah Pekajangan Pekalongan. Namun istri juga bilang kalau memang capek dan lelah aku diminta datang keesokan harinya saja. Namun karena perasaan tak menentu, akhirnya kuputuskan untuk kembali lagi ke Pekalongan, dengan mengajak seseorang untuk menemani perjalanan malam ke Pekalongan. 

Sekitar pukul 10 malam, aku berangkat dari Semarang menuju ke Pekalongan, dna aku diminta langusng ke RB Aisyiah Pekalongan dimana istri terakhir periksa kehamilan. Sekitar pukul 1 malam aku sampai ditempat namun istri dan keluarga belum sampai. Dan baru sekitar setengah jam istri baru sampai dan langsung diperiksa oleh petugas dna bidan yang jaga malam itu. Ternyata saat itu istri baru pembukaan 1, dan disarankan untuk pulang saja dulu. tapi setelah rapat keluarga sebentar akhirnya diputuskan untuk langsung mondok aja.

Rumah Bersalin Aisyiyah Pekajangan pekalongan

Setelah paginya 30 Agustus 2012 diperiksa lagi oleh bidan, ternyata tetap masih pembukaan pertama. Dan disuruh nunggu dokter untuk diperiksa kembali. Baru Magrib dokter bisa memeriksanya dan dilakukan teknik pembukaan sehingga pada malamnya istri pembukaan 3, dan kata dokter sekitar 3 jam insyaallah akan melahirkan. Tapi ternyata belum juga tambah pembukaaannya. Karena istri sudah tidak tahan akhirnya istri memilih untuk dipacu dari pada untuk operasi cesar karena satu keinginannya bisa melahirkan normal. Katanya biar ebnar-benar bisa menjadi ibu yang sesungguhnya.

Akhirnya tepat pukul 23.00 WIB atau sebelas malam, istri mulai dipacu dengan obat, sekiatar 2 jam obat mulai bereaksi, aku dan ibu mertua bergantian berada disampingnya sambil membaca ayat-ayat suci al Qur'an serta doa doa supaya istri dimudahkan untuk melahirkan. Tak terasa air mata kupun menetes ke pipi saat istri ditengah menahan rasa sakitnya karena obat pemacu kelhairan bereaksi dia meminta maaf jika selama ini punya salah sama aku. Tangisku pun semakin pecah, melihat istri berusaha tegar, begitu juga ibu mertua juga tak kuasa menahan tangisnya melihat putri tercintanya berjuang melawan maut. Karena aku tahu bahwa melahirkan menghadapi dua tantangan yaitu kebahagiaan dan maut.

Seperti seorang yang kehabisan kata-kata aku, bolak-balik ke kamar dimana istri sedang berjuang menahan sakit dan kamar pondokan untuk shalat sunnah dan membaca surat-surat al Qur';an yang disarankan mertua, bapak-ibu, guru serta para sahabatku. Apa yang mereka sarankan membaca doa serta surat-surat al Qur;an aku lakukan dengan harapan agar proses persalinan istri di mudahkan. Menjelang subuh ternyata tanda-tanda untuk melahirkan belum juga ada, istri kesakitan, perasaanku semakin tidak karuan melihatr istri sudah mulai lemah, mertua laki-laki menelpon supaya minta dipindahkan saja dan operasi cesar, namun istri tetap menolak. 

Setelah subuh 31 Agustus 2012 aku menelpon ibu di Blora memberi kabar tentang kondisi menantunya yang sedang berjuang untuk melahirkan, di dalam telpon ibu menangis dan tidak bisa berkata apa-apa karena tidak kuasa mendengar aku menangis, ibu hanya bilang "Ibu mau sholat dan mendoakan istriku" telpon langsung ditutup, akupun sadar ibu tidak kuasa, karena merasakan betul bagaimana perjuangan seorang ibu dalam melahirkan anak. Akupun menelpon dan sms sahabat dan temen-temen mohon bantuan doa untuk istri agar dimudahkan proses melahirkannya.

Dengan perasaan tak menentu beberapa kali malakukan shalat sunnah dan membaca surat al Qur;an dan doa-doa yang dianjurkan oleh orang tua, guru, dosen dan teman-temanku. Sekitar pukul 07.00 istri diperiksa oleh bidan dan katanya sudah pembukaan 7,8. dan tinggal menunggu waktu kelahiran. Sekitar pukul 08.00 istri mulai ditangani bidan, dan aku keluar dari kamar bersalin, dan hanya ibu mertua yang mendampingi istriku. Diluar kamar bersalin aku terus berdoa bersama bapak mertua, menunggu dengan perasaan cemas, sekitar pukul 09.00 WIB ibu mertua keluar kamar bersalin dan bilang kepadaku kepala si jabang bayi sudah kelihatan, aku disuruh membacakan surat al Insyiroh agar cepat dan dimudahkan proses persalinan si jabang bayi. 
Noofa di dalam Inkubator

Dan tepat pada pukul 09:25 menit aku mendengar suara tangisan seorang bayi, aku kaget dan spontan bilang Alhamdulilah sambil meneteskan air mata. Namun aku belum sepenuhnya sadar bahwa itu adalah anakku yang telah lahir, karena saat itu dilain kamar juga ada bayi yang baru saja dilahirkan melalui operas Cesar. Namun setelah ibu mertua keluar dan mengabarkan bahwa istri telah melahirkan dan bayinya adalah perempuan ditambah dengan tangisan dari bayi yang dilahirkan istri, spontan aku sujud syukur dan langsung ke kamar mandi dan melakukan sholat sunah sebagai arsa syukur atas kelahiran bayi kami.
Aku pertama kali menggendong bayi


Setelah bayi dibersihkan aku diperbolehkan masuk kamar bersalin, dan aku melihat istri masih dalam keadaan lemah, dan tersenyum padaku. Akupun disuruh oleh bidan untuk mencium istriku, dengan kecupan sayang ku bilang pada istri bahwa dia telah sempurna menjadi seorang ibu. Aku kemudian segera disruh istri untuk mengadzani anak kami, setelah terlebih dahulu izin, aku kemudian adzan dan iqomah di kuping kanan dan kiri anakku yang baru lahir. Saat itu aku seakan mendapatkan rezeki yang tiada terkira dari Allah swt. Setelah aku melakukan tugasnya sebagai seorang ayah, akupun mengabari orang tua, saudara, kolega kerja dan teman-teman atas kelahiran putri kami yang cantik.

Noofa sekarang 4 bulan

Saat ini aku dan istri merasa bahagia sekali dalam mengurus putri kami, bagi kami, terutama aku pribadi anakku merupakan amanah yang harus dijaga, dididik dan dan diarahkan menuju jalan Allah. Dan harapanku dan juga istri semoga anakku Noofa Adzkiya Putri Zain kelak menjadi anak yang solehah di dunia dan akhirat, yang bisa berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama nusa bangsa dan negara. Amienn..



Post a Comment