Merubah Underestimate Menjadi Prestasi


Sikap underestimate sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pakde Cholik terhadap kemampuan diri sendiri sesungguhnya merugikan karena bisa mengakibatkan hilangnya kesempatan dalam banyak hal. Saya sependapat sekali dengan pakde, akan banyak kesempatan yang hilang hanya karena kita selalu underestimate terhadap diri kita sendiri.Salah satunya adalah kesempatan untuk berprestasi dalam segala bidang, termasuk bidang akademik.
Sikap underestimate (meremehkan/mengecilkan) diri sendiri pasti pernah dirasakan oleh setiap orang. Yaa.. sifat dan sikap underestimate seakan menjadi sebuah virus yang setiap saat bisa menyerang dan menghinggapi siapa saja. Begitu juga dengan saya, sikap tersebut juga pernah kualami bahkan sering terjadi hingga saat ini dalam berbagai hal. Namun, kalau boleh jujur sikap underestimate sangat merugikan kalau terus-menerus dipelihara (maksudnya tidak dihilangan) dalam diri kita. Karena hal itu akan menjadikan kita sulit untuk maju dan mengembangakan potensi yang ada dalm diri kita.

Ada satu kisah perjalanan hidupku yang pernah menjadikanku sebagai seorang yang benar-benar merasa kecil terhadap orang lain. Tepatnya saat saya menjadi siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Blora. Singkat cerita, semua saudaraku adalah alumni MAN 1 Blora, dan saya mau gak mau atas saran orang tua juga harus masuk MAN. Setiap harinya baik mas dan mbak saya dulu ketika bersekolah di MAN 1 Blora adalah dengan menggunakan sepeda onthel. Meskipun jarak dari rumah sampai sekolah kurang lebih 20 km (maklum rumah di desa sekolahnya di kota hehehehe) namun semua dijalani mas dan mbak saya dengan penuh semangat, karena saat itu teman satu sekolah maupun sekolah lainnya banyak juga yang bersepeda sampai kota.
Hanya saja hal itu tidak terjadi saat saya menjadi siswa MAN, saat itu angkutan desa sampai kota sudah mulai beroperasi sehingga banyak anak sekolah yang memanfaatkan angkutan tersebut untuk bersekolah. Sedangkan diriku oleh orang tua sama sekali tidak diperkenankan untuk naik menggunakan transportasi tersebut. Alasannya pertama, karena akan menghabiskan biaya. Kedua, karena semua saudaraku ketika masih menjadi siswa MAN juga naik sepeda. Ibu bahkan  pernah berkata “apa kamu gak malu sama mbakyumu? Dia saja 3 tahun betah bersepeda demi menunutut ilmu, apalagi kamu laki-laki masak gak kuat” itulah sindirin dari ibuku ketika itu.
Jujur saja bukannya tidak kuat untuk bersepeda dari rumah sampai sekolah, tetapi saat itu aku hanya malu karena ketika berangkat maupun pulang sekolah ketika dilewati angkudes yang berisikan anak-anak sekolah rasanya mak seerrr….(kayak diketawain). Perasaan underestimate memang sangat dominan dalam diriku saat awal-awal menjadi siswa MAN. Belum lagi hal yang sama aku rasakan ketika sudah berada dilingkungan sekolah, aku termasuk dari sedikit siswa MAN 1 Blora yang bersepeda, kebanyakan teman-temanku banyak yang membawa sepeda motor maupun dengan menggunakan transportasi bis. Hal itulah yang membuatku semakin kecil dihadapan orang lain.
Tidak sampai disitu saja, karena perasaan underestimate yang tak jelas membawa dampak negatif pada satu kesimpulan awal bahwa saya merasa sebagai orang paling miskin di  sekolahku (perasaanku saja saat itu hehehhe…). Bahkan karena  sikap underestimate  yang berlebihan sampai-sampai membuatku jadi minder ketika harus bersaing dalam masalah akademik dengan teman-teman yang terlihat berasal keluarga yang berkecukupan. Sungguh merugikan memang ketika kita masih memiliki mental underestimate.  
Namun seiring dengan berjalanannya waktu, sikap underestimate  tersebut lambat-laun bisa  saya hilangkan karena nasehat dan motivasi dari orang tua khususnya dan para guru-guru tercinta. Orang tuaku mengatakan bahwa kekurangan harus dijadikan sebagai modal untuk menunjukkan kelebihan, dalam artian rasa kurang percaya diriku karena berasal dari keluarga kurang mampu harus ditutupi dengan prestasi yang harus  saya  raih. Oleh sebab itulah, nasehat berharga tersebut saya  jadikan sebagai motivasi bahwa saya  harus mampu berprestasi lebih dari teman-temanku di sekolah.
Dan alhamdulilah selama menjadi siswa di MAN 1 Blora, saya  selalu mendapatkan rangking 1 selama kelas 1 dan 2, hanya kelas 3 saja masuk 3 besar karena persaingan di kelas jurusan IPA sangat berat. Dari cerita tersebut saya dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa sikap underestimate adalah sifat alami yang dimiliki oleh setiap orang, tinggal bagaimana kita mampu merubah sikap tersebut menjadi sebuah prestasi. Semoga bermanfaat!!!







Artikel  ini untuk menanggapi artikel BlogCamp berjudul Sikap Underestimate Yang Merugi tanggal 13 Juni 2012

Post a Comment